Selintas ku pandang jam di pergelangan tangan kiri ku,
sudah hampir pukul 10, namun matahari masih enggan untuk muncul. Beberapa ku
lihat orang berlalu lalang yang sebagian besar dari mereka menyerah, mundur,
dan berbalik arah, sisanya hanya melihat-lihat, bahkan berfoto-foto layaknya di
tempat rekreasi. Aku diam sejenak, berfikir bagaimana melewati jalan
dihadapanku, aku berfikir tentangmu, lagi-lagi-dan-lagi-lagi tentangmu. Aku
masih menunggangi kuda bermesinku, sepertinya mesin ini tak akan sanggup
melewatinya, lalu aku tersadar aku
bukanlah sebuah mesin. Tangan dan kakiku tak akan rusak dan karatan. Aku
sedikit berbalik arah, melihat sekeliling mencari tempat dimana aku bisa
parkir. Kusiapkan beberapa barang yang bisa ku bawa, dan berharap mungkin bisa
membantu ku di tengah perjalanan nanti, ku rogoh uang di saku celana ku, tak
banyak memang, hanya beberapa lembar uang ribuan dan lima ribuan, dalam hati ku
berdoa semoga ini cukup. Terbayang belasan kilometer berada di depan ku yang
harus siap aku hadapi, ini jalan yang sama fikirku hanya sedikit dalam situasi
dan kondisi yang berbeda. Setelah memantapkan hati, aku siap untuk melangkahkan
langkah pertamaku.