Jumat, 17 Mei 2013

[Cerpen #001] - Dalam Penantian


Aku tak bisa menyentuhmu, bahkan saat ini tubuhku berada dekat dengan mu. Jari jemari ku tertahan untuk tak sanggup menggapaimu. Masih saja aku belum terbiasa dalam situasi seperti ini, tak dapatkah kau melihatku begini, aku masih dalam penantian ku dan masih dalam kesepian ku. Lihat saja nanti saat kau datang kepadaku, tak akan ku biarkan kau membuatku hampa begini. Dalam pejaman matamu ku lihat kau begitu lelah menutupi ketidaksanggupanmu untuk bertahan hidup tanpa aku. Masih dapat ku lihat tatapan kosong mu itu, menatap pintumu yang selalu terbuka, mungkin anganmu menantikan kedatanganku, fikirku. 


Deringan ponselmu membangunkanmu dari tidur lelapmu, nada suaramu terdengar lesu menjawab penelpon di seberang sana, mungkin kau berharap aku yang menghubungimu, fikirku. Sepertinya kamu mengiyakan seseorang itu datang kerumahmu, rasa penasaranku untuk tahu lebih banyak tertutupi oleh perkataan yang sering kau ucapkan dulu, aku tak boleh tahu semua urusanmu. Dan aku pun memutuskan untuk menjauh, nanti aku datang
lagi ya, kamu jangan sedih.
 

Dari kejauhan aku melihat mobil merah muda datang dan terparkir di depan rumahmu. Sepertinya sudah kesekian kali aku melihatnya datang. Aku tidak dapat melihat jelas siapa orang itu, tak lama ia terlihat keluar dari rumahmu. Ia seorang wanita, paras cantiknya tetap terlihat meski sepertinya ia di selimuti rasa kesal. Kamu menolaknya lagi, sepertinya kamu masih ingin menutup rapat-rapat hatimu. Aku sendiri tak mengerti apakah harus senang, atau sedih. Tapi bisakah ku lihat senyummu lagi.

Sejak awal banyak cinta yang datang menghampirimu, dan mereka selalu pergi karna hatimu selalu berfikir tentang aku. Aku yang kala itu belum mengenalmu, tak pernah tahu ada seseorang yang mencintaiku sebesar cintamu, menaruh harap dan mimpimu, serta tujuan hidupmu kepadaku.

Malam ini setahun sudah berlalu, ketika pertengkaran itu lagi-lagi menyelinap masuk diantara sunyinya malam. Masih terekam jelas di benakku, ketika itu aku tak melihat kebencian di matamu. Yang dapat ku lihat, kau hanya lelah menghadapi segala rintangan yang terus menghadang, aku tahu kamu tak mungkin membiarkan ku dimiliki orang lain selain kamu, sejak segala mimpi yang telah kita susun tiba-tiba hancur berantakan, mereka tak membiarkan aku hidup bersama kamu, mereka menyebutmu ‘orang sakit’. Situasi semakin sulit, saat itu kesehatanmu kembali menurun. Beberapa hari sebelumnya peringatan tenaga medis masih terngiang di telingaku, usiamu tak lama lagi. Aku tak ingin kau tinggalkan, aku tak ingin sendiri, dan aku pun tak ingin dimiliki orang lain selain kamu. Semua hal itu memaksa aku untuk memintamu melakukan hal ini.

Sayang, kemana kau buang benda itu, benda yang membuat darahku tidak berhenti mengalir. Sampai saat ini aku benar-benar masih bisa mengingatnya, kau menggenggam erat tanganku, kau peluk tubuhku, saat itu ku cegah mulutmu untuk ucapkan kata maaf, tidak jangan ucapkan kata itu sayang, ini inginku ini ingin kita. Sedikit demi sedikit nikmat perih yang ku derita hilang, sampai aku tak bisa merasakannya lagi. Sudah setahun berlalu, aku fikir aku hanya akan menantimu beberapa bulan saja. Disini, dibawah ranjang mu aku tertanam, aku tahu kau tak pernah menginginkan aku jauh darimu.

~ End ~


Heihooo mentemen sobat isyarat hati sekalian, aku kembali membawa cerita (jiehh), ini cerpen pertamaku yang aku pasang di blog ini yah, gak panjang-panjang banged gak-pa-pa yah~ Namanya juga amatiran, hahahaha. Mudah-mudahan besok-besok bisa buat lagi yang lebih baik dari ini and kalo bisa nambah panjang lagi ceritanya lagi-dan-lagi. Oia sebelum pada pergi boleh yaa minta ninggalin jejaknya, saran dan kripiknya juga boleh (ha ada yang salah? Oia kritik ya? Hehe maklum lagi laper). Keep bloging guys n see u. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar