Kamis, 20 Oktober 2016

Setahun yang lalu...

Jam segini, jam 3an setahun yang lalu, gak tau kenapa kebangun dan kepingin pipis, padahal diatas ada kamar mandi, tapi entah knp gue malah turun dan pipis dikamar mandi bawah (kamar mandi depan dapur), keluar dr kamar mandi, liat ayah baru keluar jg dari kamar mandi (kamar mandi di bawah tangga), iya dibawah ada dua lagi kamar mandinya. Ayah cuma pakai handuk, dipikir2 ngapain ayah mandi jam segini, tp karna ngantuk urung tanyain ngapain ayah mandi malem2, langsung naik lg ke kamar.

Tapi naik kekamar malah gak bisa tidur, sampe jam 4an mama naik minta stnk motor dan bilang kalo ayah dadanya sesek, sontak langsung komentar "lagi ayah ngapain malem2 mandi?" Dan mama bilang, "bukan mandi, ayah bilang kalo td itu mules trus buang2 air (tp ini beneran emang cm air semua yg keluar)". Dan kemudian setelah itu sebelum masuk waktu shubuh, ayah udah berangkat dibawa sama mama ke rumah sakit naik taksi, dan diikutin abang pake motor"

Jam 10 pagi, dapet kabar dr dokter kalo keadaan ayah makin parah, dan diminta seluruh keluarganya untuk kumpul, ketika itu masih gak kefikiran apa2 (malah bisa dibilang gak percaya apa kata dokter) karna dirumah masih santai nungguin anak kost pulang (dari kerja sift malem) buat ngasih kunci rumah, nungguin sampe jam 1 siang (sementara yg lain udah dari jam 12 kumpul semua di depan ugd, n udah bs liat ayah didalem ugd bergantian).

Ditungguin anak kost kok g pulang2, akhirnya disusulin ketempat kerja nya (rumah sakit bersalin deket rumah), udah gitu pake gak mau ditemuin lagi, kata temennya gak usah ngasih kunci dia tidur di di rs aja, sumpah ketika itu kesel banged sama tuh orang.

Sampe rumah sakit udah jam 2an, sayang jam besuknya udah abis, cm gue doank yang belum bs nemuin ayah, sementara yang lain udah semua. Kita kumpul disana sampe jam 5 sore (kakak2 yang bawa anak mutusin buat pulang dulu kerumah masing2 karna kasian sama anak2nya yg masih bayi2 batita), di bayangan blm kefikiran apa, anggapannya tuh masih aja, bahwa ayah bakal bs sembuh dan bentar lg bs pulang. Tp sebelum kakak2 pada pulang, gue dikasih liat foto ayah pas td siang waktu mereka masuk, dibadannya dipasangin selang2 banyak banged, dan entah kenapa disitu gue langsung hopeless. Ini bener2 beda, keadaan ayah jauh dari biasanya, biasanya gak sampe separah itu.

Jam 6 teng, keluarga boleh masuk lg liat ayah, sementara kakak2 yg lain udah pulang, tinggal mama, adek, sama satu abang. Gue sama mama yg masuk kedalam, perasaan makin hancur ngeliat langsung keadaan ayah kayak gt. Abis itu gantian sama abang masuk kedalam, jam setengah 7 ngajak kk ipar yg br dateng dr kantor buat beli makanan ke depan. Jam 7an balik ke dalam dan sebagian makan.

Jam setengah 8an pas lg tlp2an sama kakak yg baru aja sampe rumah, tiba2 mama lari2 masuk ke ugd, ternyata suster ngabarin kalo keadaan ayah udah makin parah, dan kemungkinan ini detik2 terakhir buat ayah. Mama teriak2 minta kita masuk semuanya. Situasi udah makin makinan, gak pernah dibayangin lah sebelum2nya, dengan situasi hp masih disambungan tlp dengan kk, sambil nangis, sambil mama minta ayah dibacain syahadat. Bisa dibilang itu adalah titik terendah hidup gue. Dan 20 Oktober 2015 jam 8 kurang 10 menit ayah pergi.

Maafin uti yaa ayah, seandainya tengah malam itu adalah kesempatan terakhir bs ngobrol sama ayah, gak akan di sia2in :(

(Maaf yaa kalo tulisan ini dan bahasanya berantakan, ini emang sengaja gak diedit lagi)

Kamis, 14 April 2016

Datang Lagi...

"Entah bagaimana saya bisa sampai disini, masih begitu jelas di ingatan bagaimana bentuk bangunannya, letak tiap jendela dan pintu seisi rumahnya, bahkan hampir tiap lekuk jalan menuju kesini. Saya ragu harus bagaimana, sampai ketika pemilik bangunan itu keluar dari rumah, ibunya dan dia. Saya bersembunyi dibalik dinding berusaha sebisa mungkin untuk tak terlihat.

Tak beberapa lama entah bagaimana saya sudah berada didalam, suasananya sedikit berbeda, disudut sebuah ruang saya melihat kasur bayi bertingkat, ada dua orang bayi berbaring diatasnya, satu diatas sudah lebih besar berusia sekitar lima bulan dan satu dibawah seperti baru saja lahir beberapa hari, bayi siapa ini? Belakangan saya tahu yang bayi yang baru lahir itu adik dari keponakan pertamanya, dan bayi yang diatas adalah bayinya, wajahnya sangat mirip dengannya.

Tiba-tiba ada suara orang datang, lagi-lagi saya berlari mencari tempat persembunyian. Saya mendapat tempat untuk bersembunyi, cukup untuk buat saya menjadi tak terlihat, disudut lain ruangan dibalik ranjang besar, kemudian saya sadar ini tempat mereka menaruh pakaian kotor sehabis dipakai sebelum dicuci, saya mengambil beberapa potongan pakaian untuk menutupi tubuh saya, tanpa saya sadari ini adalah pakaiannya, saya sangat dapat mengenali dari bau harum keringatnya. Saya sakit, batin saya tersakiti oleh ingatan.

Saya mendengar beberapa langkah kaki, itu mereka datang dia-ibunya-dan wanita itu, mereka menimang-nimang bayi itu, bayi yang saya impikan. Saya semakin membenamkan diri didalam tumpukan pakaian, sampai tiba-tiba wanita itu menghampiri sudut ruangan tempat saya bersembunyi, tidak-tidak-tidaaakk! batin saya berteriak jangan sampai mereka melihat saya disini. Wanita itu semakin dekat, sampai ia benar-benar dapat melihat sorot mata dibalik tumpukan pakaian yang diangkatnya, lalu terdengar suara keras teriakan wanita itu melempar keranjang pakaian ditangan kirinya, dan tumpukan pakaian kotor ditangan kanannya. Saya ketahuan!"

Kemudian saya terbangun, laju deru nafas perlahan melemah, hanya mimpi. Apalagi ini? Setelah saya yakin telah mengikhlaskan dan sudah bertahun-tahun pula berlalu, nyatanya bayangannya masih terus menghantui. Dahulu saya pernah bermimpi tentang sebuah pernikahan tanpa dihadiri dirinya, sampai kemudian saya mendengar kabar, bahwa dia telah menikahi wanita itu. Sekarang apalagi ini, mungkinkan kali dia benar-benar akan memiliki seorang bayi? Atau sudah? Lalu jika benar begitu, untuk apa pertanda ini masih saja terus datang menghampiri. Untuk menyakiti lagi dan lagi? Entah...

Minggu, 13 Maret 2016

Filosofi Kaktus dan Cinta


Sumber gambar : pursuingmydreams.com

Merawat kaktus sama halnya dengan merawat cinta, susah-susah gampang, gampang-gampang susah. Kaktus tanpa cinta, mati. Di cintai berlebih, busuk. Kaktus bisa hidup dengan sedikit air, tapi tidak berarti bisa kuat hidup tanpa air. Cinta bisa hidup dengan sedikit perhatian, tapi tidak berarti bisa kuat hidup tanpa perhatian.

Kaktus memang terlihat mengerikan dengan duri-duri yang tumbuh mengelilingi tubuhnya, tapi itu hanyalah sebagai bentuk proteksi diri dari gangguan luar sekaligus caranya bertahan hidup dengan mengurangi penguapan, ia mampu bertahan dalam segala tantangan cuaca. Kaktus bukan tumbuhan yang cengeng dengan butuh banyak perhatian dan asupan, serta ia mampu menjaga dirinya dengan baik.

Pada akhirnya ia akan menunjukan keindahan dirinya hanya kepada yang tulus mencintainya, meski untuk berbunga ia membutuhkan waktu yang cukup lama, ini berarti sekaligus dari sebuah Kaktus dapat mengajarkan kita akan selalu arti sebuah kesabaran.

Jumat, 26 Februari 2016

Merelakanmu Menjadi Semudah Ini

Mungkin hanya dengan kita tidak perlu menyesali semua, yang pernah terjadi biarlah terjadi, dengan begitu semua akan terasa lebih mudah. 

Andai sedari dahulu, aku mau berusaha menjadi lebih kuat, berusaha percaya bahwa perpisahan adalah sesuatu yang akan menjadi hal terindah dalam perjalanan kisah cinta kita, mungkin aku tak perlu menghancurkan segalanya, mungkin aku tak perlu menodai ketulusan dengan kebencian, mungkin aku tak perlu membuat hidupku hancur menjadi kepingan, tapi semua telah terjadi, nasi telah menjadi bubur. Sekali lagi tak perlu ada yang perlu disesali.

Menyimpan bara hanya akan membuatku semakin terluka, semakin lama semakin hangus digenggaman. Sampai kapanpun tak akan pernah bisa padam selama masih tertanam dendam dan kebencian. Kini ku tahu bahwa aku tak perlu menunggu permintaan maafmu lagi. 

Kau pun benar tak pernah ada yang salah tak pernah ada kesalahan, diawal ketika kau datang kau hanya mampu menjanjikan bukan berarti kau yang dapat berkuasa memberi keputusan, ada Sang Maha Berkehendak, hanya saja menurut-Nya kau lebih baik tak bersamaku. Kau ataupun aku tak pernah salah, aku tak perlu lagi tersiksa karna merasa menjadi seperti korban disini.

Entah kehebatan kekuatan dari mana bisa datang menghampiri. Bagaimana merelakanmu menjadi sesederhana ini, tak pernah menyangka bisa menjadi semudah ini. Baru aku sadari, meski pun harus terlambat aku sadari, tak apa.

Sumber gambar : google

Kini yang aku yakini bahagia ku masih akan selalu menjadi pengharapan terbesarmu, meski pun itu harus dengan cara memaksaku keluar dari hidupmu. Apapun itu kita pernah melalui segalanya dalam suka, duka dan cinta. 

Aku percaya tak kan pernah ada cinta untukku sebesar cintamu yang dahulu, kini dan nanti. Entah akan sedemikian rupa besar cintaku untuk cinta sejatiku nanti, kau akan selalu mendapat tempat terbaik disisi paling dalam, dalam diriku, hatiku. 

Terimakasih pernah memimpikan aku, terimakasih pernah ada bersamaku. Meskipun akhirnya aku harus berterimakasih kau telah melangkah pergi dan terimakasih kau telah menyerah. Bahagiaku kini dan nanti adalah karena kau pernah membiarkan aku jatuh sendiri.

Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu...




Di sudut Jakarta, di bawah rintik hujan dipertengahan malam.
12:45 AM 26 Februari 2016
@puyuratee